Apa yang Anda pikirkan tentang blog ini?

Jumat, 16 Oktober 2020

HARTA TERINDAH - Dear my lovely friends, Angkatan 2007 - Jurusan Tari ISI Yogyakarta

Malam ini pukul 01.18 WIB , aku kembali membuka blog lama ku. Mencoba lagi untuk bisa merangkai kata-kata indah. Menjadikannya sebuah tulisan yang akan terus terkenang selama perusahaan google masih tetap ada.

Berawal dari sapaan temanku di grup WhatsApp, Arjuni Prasetyorini (Jogya) yang mengatakan , "Kangen semua...peluk satu satu ya...kalau ica gak nulis blog itu, kita mungkin gak punya sebuah harta karun memori yang tersimpan di dunia maya.Ica mana sih,,,.mbak Fit uwes leh nangis, mengko ndag los dol eluhmu,,,wekwkwke" begitu ramainya grup yang seketika terbangun setelah lama sepi seperti mati suri.

Thank you tuuuniiii....

Dari Malem jumat, sampe jumat dini hari kamu sudah sedia menjadi Host di Zoom Meeting Paling Tak terkontrol hebohnya. 2 jam (mungkin lebih) waktu sudah terlalui hanya untuk mengenang gita cinta persahabatan di masa perkuliahan. 

Ini pertemuan virtual pertama kita para Angkatan 2007 , Alumni Jurusan Tari ISI Yogyakarta. Sudah lama tidak pernah bertemu, sampai tiba masa Pandemi Cv-¹⁹ yang akhirnya membawa kita bisa bertemu berkomunikasi secara langsung bersama-sama di aplikasi zoom.

Aku kembali tergelitik menulis pengalaman berkomunikasi secara virtual ini. Bagiku, ini menjadi sebuah Kesempatan untuk ku mengubah beberapa hal yang tidak ku ketahui dan sudah mengalami banyak perubahan.

Perubahan-perubahan itu seperti kabar terkini bahwa sekarang Juni, sudah menjadi staff pengajar/dosen di jurusan tari kami tercinta. Duh, gak kebayang betapa bangganya aku punya teman-teman yang semakin sukses dalam karirnya.

Kemudian kita bahas ke....... Firsi junianta. 

Eh Anta, kau nampak semakin membengkak saja, nta.. Apa yang ku saksikan malam ini luar biasa mengejutkan. Hahha 

"kok aku baru tau ada tulisan ini saat itu .. πŸ˜‚πŸ˜‚.. terharu walau faktanya agak sedikit ada perkembangan sekarang wkwkwkwk"

Begitulah katamu yang memprotes tulisan ku di tahun 2011. 

Sekarang udah 2020, taaaaa!!! Mana ku tahu kalau ternyata kau sudah menjadi jomblowan lagi. Lagian aku lupa dimana letak kantong ajaib ku, agar aku bisa masuk menjenguk kalian satu per satu. Hahha

Mega Lestari, kamu yang tag namaku digrup akhirnya aku menyadari bahwa grup chat sudah mulai heboh kembali. "Terima kasih tulisan indahnya @⁨Erliza Furi⁩ sayang dan peluk jauh untuk semua.. tetap jaga kesehatan dan semoga bisa berjumpa berbagi kasih satu sama lain..😘πŸ₯° "

Sungguh, terlalu banyak nge-grup w.a membuat ku terpaksa harus men-silent notifikasi chat. Hahaha maafkan.. tapi tak sedikitpun ku lewati berita dan info terbaru tentang kemajuan perkembangan kehidupan kalian semua. Termasuk tentang memey yang kini juga sudah menjadi staff pengajar/dosen di Universal University, Batam. Top bingitttt! Tinggal jodohnya aja yang tinggal diklop-in, semoga cepat menyusul kami.

"Ya Allah lope lope Ica...  Maacih...  Semuanya lope U....  Iiihhhhh netes iki lho air mata🀦‍♀️🀦‍♀️🀦‍♀️🀦‍♀️🀦‍♀️" itu kata si cilik , Oky Kusmalinda. Ini teman se-kost ku waktu di Pelemsewu. Tak terduga ternyata mampir juga dan membaca blog tulisan ku yang di share oleh Juni. Aku jadi rindu, rasa ingin bertemu kembali membuncah. Sosok keibuan mb Oki selalu terkenang dalam ingatan.

"[15/10 21:59] +62 831-******: 😭😭😭😭

[15/10 22:00] +62 831-******: Aku nangis

[15/10 22:05] +62 831-******: Rindu kalian semua mgkin dl belum menyadari arti perpisahan...sekarang baru sangat terasa.

Untung mau bar ketemu iso aboh beloh mataku mergo nggember

Kalo suatu saat kita bisa berkumpul bersama lagi pasti aku tak tahan lagi mataku bengkek ges.." 

Memanglah, mb Fitrah Anjaryani sosok yang paling cepat menangis diantara kami semua. Hatinya seperti salju, cepat sekali meleleh jika dihadirkan dalam suasana sendu haru biru. Aku dapat interupsi dari beliau malam hari ini. Liputan spesial anak pengkajian kok gak ada ditulis kupas dalam tulisan di tahun 2011? Hahhaha iya maaf mb, aku lupa... Next time akan ku rangkai kembali memori lama ku, semoga saja masih segar dalam ingatan ya.

[15/10 22:08] Ari Ersandi: Aku blm

[15/10 22:08] Ari Ersandi: Aku melihat tangis kalian

Gedex... Bapak beranak satu, yang semakin melejit karir menari nya baik di dunia nyata maupun secara virtual. Yang sebentar-sebentar sudah ada dimana-mana (kayak artis). Yang tadinya jadi Dosen di ISBI KalTim, sekarang aku gak tau lagi gimana kabarnya. Pas zoom meet tadi banyak nostalgia debat aja sama sang mantan. Hahhaha anjayyy.....

Widya Lestari alias Widya Jelita Hati nya orang Belitung..." Makasih Cha...

aq terharu...

Seketika kembali kemasa kuliah...

Terharu jdnya...makasih cha...😘😘"

Kalo kamu gak buat story IG dan tag nama ku.. aku gak sadar klo ternyata digrup w.a kita sudah rame oleh karna si Juni. Sekarang fokus jadi mak inang di belitung. Mak Inang = MUA (Make Up Artist).


Diantori & Heni Purnama sari, pasangan ter-Awet dari masa perkuliahan hingga kini. Sangking bahagianya pasangan ini, sekarang sudah berkembang biak menjadi berlima dalam satu kartu keluarga. Hahaha.. maksud ku anak mereka udah 3 sekarang. Tebakan ku sepertinya tepat, semua nama anak nya pasti nyelip kata-kata dihanstory (cerita degam dan heni)... Sama ntar kayak gedex anak nya nye-niman banget, anaknya baru satu dan katanya nama anaknya ada mengandung 3 huruf "ART"... 


"Sekali2 ketemu semua, asyik kali yaa... Kira2 pas ktmu apa yg dibahas yaa?? 🀣" Riani Erfana Kawangung paling heboh berceloteh saat nge-zoom meet. Dari dulu paling ceria, gokil. Selama ngobrol virtual, makan aja kerjaannya. Sesuai dengan body nya yang semakin makmur bin aduhay. Sekarang beliau sudah mempunyai 2 anak. Ternyata beliau juga sudah menjadi staff pengajar di sebuah sekolah di daerah Surabaya (apa namanya instansinya aku lupa, nanti kalo sudah dapet info detil tak ubah neh yo tulisan ku iki, haha)


[15/10 22:19] Dian Anggraini: Aku tak bisa berkata2, selesai latihan. Liat beginian, berkaca-kaca selama membaca. Banyak hal, dan memori yang tersusun rapi dalam ingat tentang yogya, tentang ISI Yogyakarta, tentang sewon dan seluruh penjuru kota Yogyakarta. Semoga segala yang terkena ga adalah hal baik, semoga segala hal tak menyenangkan akan menyadarkan kita untuk sampai pada titik yang lebih baik. Terima 2007 menjadi bagian dalam perjalanan ku, terima kasih, terima kasih, terima kasih. Sehat dan sukses selalu dimanapun kalian berada.

Peluk rindu untuk kalian semua πŸ’•πŸ’•


[15/10 22:21] Dian Anggraini: Nulis sambil mewek, ampk typo. Mau tulis terkenang malah jadi terkena ga.

#gagalromantis πŸ˜…

Panjang gitu tulisannya, uhhh bikin sedih mau nangis. Dian ini koreografer asal lampung yang masih aktif pentas virtual di masa pandemi. Info yang ku dengar beliau sempat menjadi staff pengajar juga di sebuah universitas yang ada di Lampung. Yang paling menggembirakan, katanya akan segera melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Semoga dilancarkan, jangan lupakan kami semua. Haha


Semakin larut semakin rame pokoknya zoom meet kami malam ini. Ada Mila Rosinta & Kinanti Sekar Rahina juga yang rela meluangkan waktunya bergabung bersama kami. Sekar , yang ku tau saat ini sudah membuka sanggar tari milik pribadi bernama Sanggar Kinanti. Sekar pun sudah dikaruniai 2 jagoan kecil.


Yang namanya bersahabat pasti tak jauh berbeda antara Sekar dengan Mila. Mila juga sudah sukses membuka sekolah khusus tari di area Yogyakarta bernama MAD (Mila Art Dance). Dikaruniai dua orang Srikandi kecil yang selalu menemani aktivitasnya yang super padat. 


Ya, malam ini hanya kami ber 13 (Juni, Fana, Degam, Heni, Fitra, Oki, Anta, Ari, Sekar, Mila, Dian, Memey dan aku) saja sudah sangat heboh. Obrolan ngalor ngidul gak terkontrol tapi justru bikin kangen. 9 tahun sudah gak pernah ngobrol se-heboh seperti saat ini. 


Memang terasa belum lengkap formasi kita saat ini. Mudah-mudahan pada kesempatan berikutnya semakin lengkap. Entah kenapa bagi kami begitu sulit jika harus berjanjian untuk saling bertemu secara langsung maupun sengaja saling menyapa bersama dalam satu panggilan video. Seperti tidak ada di dalam kamus pertemanan kami untuk point-point seperti itu, alias gak perlu janjian untuk saling melepas rindu. To the point, seperti malam ini.


Apapun yang sudah terlewati pada malam ini sangatlah berarti bagi kami. Banyak doa-doa terbaik yang sudah terucap satu sama lain. Ini lah kita, keluarga Nusantara yang terbentuk dan dipertemukan dari sebuah Institusi seni. Teruslah berkarya dan saling support bagaimanapun meskipun dalam situasi kondisi apapun. Terima kasih telah menyempatkan hadir dan berkumpul malam ini. Sangat menyayangi kalian semua. Sevenice, Kalian adalah harta terindah dalam hidup ku.




 (Dok. Arjuni Prasetyorini, 16 Oktober 2020)

Minggu, 18 Maret 2012

Kisah Wisuda Jurusan Tari ISI Yogyakarta, Gasal 2011/2012


Dedikasi untuk Mahasiswa Jurusan Seni Institut Seni Indonesia Yogyakarta-Indonesia, Tahun Angkatan 2007

Tulisan ini merupakan sebuah unjuk ungkap rasa sayang dan kecintaan saya kepada teman-teman seperjuangan yang sama-sama belajar di Jurusan Seni Tari Angkatan Tahun 2007.  Tanggal 17 Maret menjadi terasa sangat spesial bagi kami semua karena Acara Wisuda Semester Gasal Tahun 2011/2012 ISI Yogyakarta di Concer Hall ISI Yk telah terselenggara dengan sangat baik.  Kesan yang didapat adalah muncul perasaan bangga, haru, sedih, bahagia semua bercampur menjadi satu.  Teruntuk para sahabat yang berbahagia saat ini, saya ucapkan SELAMAT & SUKSES.  Semoga dimasa mendatang kalian benar-benar bisa melalui semua tantangan hidup dengan penuh semangat, inilah pembuka jalan bagi kalian tuk membuktikan siapa diri kalian sesungguhnya di masyarakat. 
Persahabatan & kekeluargaan yang kita dapatkan disini benar-benar sangat berbeda, diluar pemikiran saya sebelumnya ternyata kita sungguh saling menyayangi.  Inilah jawaban mengapa acara kelulusan dari institusi kesenian itu selalu tampak berbeda, mampu menanamkan kekaguman serta rasa kebersamaan yang sangat erat untuk selalu dikenang.  Khususnya Jurusan Tari, terima kasih atas terselenggaranya perpisahan khusus yang dilaksanakan di Audithorim Tari (Proscenium Stage).  Memang semua terasa nampak spontanitas, tapi justru itu yang sangat berkesan dihati kami semua terutama para wisudawan. 
Bersama anggota keluarga dari masing-masing wisudawan, kami teman-teman seperjuangan angkatan 2007, kakak-kakak Alumni, adik-adik tingkat, para Dosen, Ketua & Wakil Ketua Jurusan Tari, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, & Pembantu Dekan Fakultas Seni Pertunjukan semua turut memeriahkan acara perpisahan/pelepasan wisudawan.  Terdengar lengking teriakan para pendukung mulai meriuhkan suasana.  Kemudian langkah para wisudawan sejenak terhenti di tangga pintu gerbang stage.  Tak sepasang mata pun yang enggan memalingkan pandangan demi menyaksikan momen ini.  Tatkala ribuan kelopak mawar merah penuh berhamburan menghujani mereka, nampaklah pemandangan yang sangat menyentuh hati.  Saya menyaksikan semua mata para wisudawan mendadak kembali memerah berkaca-kaca.  Jujur, sedih banget...
Screen lebar & LCD proyektor sengaja dipasang di down stage center untuk review video sepintas ciptaan koreografer (para wisudawan).  Sungguh karya-karya yang patut diancungkan jempol!  Banggaaaaaa samaa kaliaaannnn ^_^




Apalagi saat penyampaian ucapan terima kasih tak terhingga yang diwakili oleh salah satu wisudawan, Ari Ersandi.  Saya yakin semua yang mendengarkan dan menyaksikan saat itu ikut terharu!!! NANGIS itu pasti, terutama untuk kami teman satu angkatan.  Bagaimana tidak, hidup mati jiwa & mental berkesenian telah ditempa habis-habisan selama belajar di Jurusan Tari.  Dari yang tidak mengerti apa-apa tentang tari, menjadi tau, bisa & senang menari.  Kampus tari menjadi rumah kedua untuk kami, Para dosen menjadi orang tua kedua bagi kami, teman-teman menjadi saudara yang tak mungkin mampu kami lupakan.  Air mata haru yang telah diusahakan tuk tidak keluar dari sarangnya pun terpaksa harus keluar,, suara serak,, senyum bahagia,, Aahh... teman-teman.. Saya sangat menyayangi kalian.
Sekali lagi SELAMAT & SUKSES untuk teman-teman wisudawan : Ari Ersandi, Oki Kusmalinda, Wulan Febriyanti, Arjuni Prasetyorini, Diantori, Mega Lestari, Widya lestari, Riani Erfana, Heni Purnama Sari, Nina Esti Anggraeni.
Jam 3 sore harinya kita berkumpul semua pendukung yang terlibat saat proses penciptaan karya, teman sejawat, saudara, dan lain sebagainya di Kontrakan Nina Cs & Rumah Makan Firdaus (Jl.Paris).  Sama-sama buat acara di jam yang sama bikin bingung juga.  Hehehe..
Undangan acara makan & syukuran bersama akhirnya tetap dijabanin satu persatu.  ^_^
Yang paling seru dan berkesan diakhir acara ada sesion JUJUR-jujuran!!  Pake sebuah botol yang diputar dimeja bundar & mejanya dikelilingi anak-anak angkatan 2007 Jurusan Tari.  Hahaha akhirnya kita sama-sama tahu tentang suka duka selama menjalani proses kuliah di Jurusan Tari.  Yah,, semoga apa yang telah kita ketahui, sama-sama dimaklumi dan dimaafkan. Amiiiinnn.....

Berikut sepintas profil teman-teman seperjuangan (Khususnya Minat Penciptaan Tari) yang saya kutip dari sudut pandang saya sendiri..  Biar adil, saya mulai dari awalan nama yang sesuai dengan huruf abjad saja. ( ^_^ )

1.                 Ari Ersandi


Cowok berkharisma satu ini kini telah mampu memiliki olah tubuh, rasa & karsa yang sangat baik.  Untuk mewujudkan visi misi hebatnya memajukan seni budaya di Provinsi Lampung,  ia telah membuktikan lewat sebuah penciptaan karya tari Tugas Akhir yang berjudul “PINTU”.  Karyanya OKE banget, kawan!  Ini aja karyanya sudah SAH lolos semifinal even IDF (1-9 Juni 2012 mendatang).  Orangnya Cuek, tapi berdasarkan sesion Jujur-Jujuran, ternyata dia banyak meninggalkan kesan yang mendalam khususnya bagi para wanita yang pernah menjadi perhatiannya kala dahulu.  Hahahaha.. Gedex.. Gedex..
Oke, Khayalan untuk membangun sebuah Padepokan ternama segera dilaksanakan, kawan!  Kami semua mendukung dan siap menyingsingkan lengan untuk membantu mewujudkan impian yang juga menjadi impian kita bersama itu.  Semoga Cepat Terlaksanakan.

2.                 Arjuni Prasetyorini



Puteri cantik anak seorang Dalang Ternama asal Kulon Progo, Yogyakarta satu ini memang sederhana, hobinya piara bebek...Hehe.  Pintar, santai & santun dalam berbicara membuat siapa saja yang dekat dan kenal dengannya jadi merasa nyaman.  Lewat Karya Tari Tugas Akhir yang diciptakannya, “Loro Blonyo”.. ia nampak seperti seorang Srikandi jaman modern di Angkatan 2007 Jurusan Tari.  Huuaaaa.... Chayoo Semangkaa SemangArt, Juniiii OK’s Bangetttt!!! 

3.                 Dian Anggraini


Cewek asal Provinsi Lampung ini sangat berbakat jadi diplomat. Hehehe Baik, ramah, bersahaja adalah sosok yang bisa kita jumpai dari Umi Na’ (panggilan akrabnya).  Pandai Masak & kadang rajin ajakin temen-temen makan dikontrakannya.  ^_^ Karya terakhir “Pinggan” yang akan diteruskan kembali sebagai puncak penciptaan Karya Tugas Akhirnya di semester Genap nanti.

4.                 Diantori


Ini Putra kelahiran Tulang Bawang, Provinsi Lampung yang terkenal akrab dengan sebutan “Degam”.  Punya pacar yang juga satu daerah Lampung & satu angkatan di Jurusan Tari,, H**i.  ^_^
Karya Tugas Akhir “Perang Bajau” tegangnya suasana perompak dilaut sepertinya sudah melekat dengan ciri pribadinya Degam.  Jika berbicara meski sudah memakai bahasa Indonesia yang sesuai dengan ejaan, intonasi “Kedaerahan”nya masih sangat kental.  Seperti orang mau berantem ajah.. Hahahhaa... Cerewet tapi baik hati, itulah Degam. ^_^

5.                 Eri Novia


Nah, Lelaki satu ini sebenarnya pintar dan sangat rajin.  Pada awal semester pernah berpacaran sama anak Tari juga, A**s namanya.  Tetapi setelah A**s out dari kampus ISI tiba-tiba dia menghilang dan menjadi jauh dari kami.. Ayo Eri, Semangat!  We’ll be support you.

6.                 Erliza Furi


Teman-teman, ini adalah saya sebagai narator tulisan ini.  Gak bisa komentar apa-apa karena saya gak bisa menilai diri saya sendiri.  Hehehe..  Okehh Lanjuuuut ke......

7.                 Firsi Junianta


Naahh,, ini dia cowok blak-blakan asal Kalimantan Barat yang dulu sempat males banget untuk kuliah pagi.  Hahaha..  Untung sekarang udah ada Lovely Wife yang akhirnya mampu merubah semua kebiasaan jeleknya itu menjadi pribadi yang semakin disenangi banyak orang. ( termasuk menjadi anak kesayangannya Ketua Jurusan,, Bu Jiyu..)   ^_^

8.                 Heni Purnama Sari


“Nyumbah Gijekh”,  karya tari Tugas Akhir tentang persembahan daerah Lampung nyaris rapih dibawakan oleh penari-penari anggun dan cantik.  Sesuai dengan perawakan, si pemilik tarian, Heni memang perempuan yang memiliki kulit paling putih diantara kami (perempuan) seangkatan.  Tapi anehnya, suara anak ini bisa ngalahin suara cowok yang punya jakun deh kayaknya... hihihihiii... Asli gede suaranya... (Piss, damai Henii... hehe)

9.                 Kinanti Sekar Rahina


Kalau ada orang Jogja yang gak kenal sama anak dari Seniman Besar Pantomim Indonesia, Pak Jemek Supardi ini,,, bener-bener kelewatan! Hihihii Masalahnya rugii klo gak kenal sama Sekar.  Wanita ini memiliki sifat keibuan lho...Baik hati, ramah, rajin menolong, dan mintai tolong.. (Lho? Hihihii ^_^ )
Selain saat ini menjadi staff pengajar di Tembi Dance Company, sekar juga mempunyai banyak pengalaman berkesenian baik diluar maupun didalam negeri.  Gak heran kalau banyak lelaki yang terkagum-kagum karena kecantikan dan kepiawaiannya dalam menari serta menciptakan tari.  Termasuk teman-teman pria sejurusan sampe sefakultas banyak yang kecantol ...  Hehehe
Emang bener-bener penuh kharismaaaa euyy...

10.            Mega Lestari Silalahi


Meme, begitulah panggilan akrabnya.  Basicly, sejak dulu di kampung halaman Tarakan-KalTim, cewek ini emang sudah suka ngeDance, modern dance..  Lincah, ramah, rame, pacaran sama G***x makin membuatnya semangat menjalani hari-hari dikampus Tari. YiHaaa .. ^_^
Sukses dan makin melejit namanya ketika menjadi personel grup tari “Pragina Gong” dalam Ajang lomba Seni “Indonesia’s Got Talent” di Tv Swasta Indosiar.  Hmm.. Ayo meme teruskan perjuanganmu!!  “Tariu Galang” menjadi karya puncak Tugas Akhir S1-nya yang begitu memukau,, saya was-was banget saat liat penarinya seolah “Trans” ketika menari.  Ternyata meme sukses memindahkan taste yang dimilikinya ke penari.  Great!!!

11.            Mila Rosinta Totoatmojo


MiMi.... Ini Teman Penciptaan satu angkatan yang lebih dulu lulus dengan gelar Cum laude.  Cantik, pinter, mandiri, rameee....  sekarang masih melanjutkan sekolah di Pascasarjana ISI Yogyakarta semester 2 & bekerja di Tembi Dance Company.  Karya terakhir “Sang Kaca Rasa”,, Sumpah Keren..!!  “Kawung”-nya di Tugas Karya Akhir S1-nya Mimi tak kalah kerennn.... Ayoo MiiMii,, Chayooo!!! ^_^

12.            Nina Esti Anggraeni


Wanita satu ini seharusnya kembarannya Arjuni dahulunya... hehehe... ^_+
Karya “Tupping Pesisekh” merupakan karya yang mengangkat tentang Topeng dari pesisir Lampung.  Kereennnn... debu-debunya mengingatkan saya pada Pilem Yoko.. (pilem cina itu) yang klo lagi terbang dan berkungfu pasti ada efek debu yang memukau.  Cuma bedanya Karya Tari-nya Nina bukan pakai kostum China,, tapi memakai pakaian yang sengaja dibuat dari daun pisang!!!  Aheeee Musiknya... Enerjik tariannya, Penarinya juga ganteng-ganteng.. haha  Mantappp lah pokoknya , mah..

13.            Oki Kusmalinda


Ihiiiirrr... ini dia mbak yang mungil , Ayu nan apik asal Pacitan-JaTim.. ^_^  Habis mempertunjukan karya Tugas Akhirnya “Salin Slaga” , gak lama lagi sepertinya memang mau Salin Status Melajangnya... hihihihii
Okeh mbak Oki,, Stay bekerja di TVRI tuk siarin acara-acara seni budaya nusantara yaa!!  Bila perlu buat stasiun televisi swasta sendiri. Wkwkwk ... SemangART!!!

14.            Sofiyan Yang (Alm)


Bodog Cina is panggilan sayang anak-anak Tari untuk Koko Sofiyan Yang.  Beliau adalah aktivis kampus Tari asal Ketapang_Kalimantan Barat yang banyak meninggalkan kenangan manis dahulu maupun sepeningalnya.  Kami tau, mungkin engkau disana turut bahagia atas kelulusan ini.  We’ll Always Love You.

15.            Riani Erfana Kawangung


Fana, panggilan untuk wanita asal Surabaya-JaTim ini.  Dengan judul karya “Go Fight Win” tari berbasic Cheerleaders sebagai Karya Puncak Tugas Akhir S1-nya.  Empok, kamu hebat pokoknya SELAMAT & SUKSES untuk Karier mu.  SEMANGAT!

16.            Widya Lestari


Bagi saya, Wiwi adalah Wanita paling tegar satu angkatan 2007 di Jurusan Tari.  Karya “Muang Jong” yang diciptakannya sangat-sangat & sangat berkontribusi untuk Apresiasi Masyarakat Bangka Belitung.  Saya harap kita bisa maju bersama dalam membangun seni budaya disana.  PR besar menanti kita, teman!  SEMANGAT & TERUS BERJUANG! ^_^

17.            Wulan Febriyanti


Haduuu... saya rasa wanita satu ini paling lucu seangkatan 2007.  Sering jadi bahan candaan & olok-olokan kita semua mungkin karena sifatnya yang bersahaja dan tahan godaan kali yaa?? Hihihihihi
“Logat urang Belitong nye masi kental, beh... dak isak dak pokoknye semue urang harus ngerti bahase die..” Huehehehheehhee ^_^  rasanya klo gak ada dia tuh gak rame deh kayaknya!
Tapi satu hal yang bikin bangga dari Wulan, dalam kediamannya ternyata dia PANDAI MENYANYI!! Terbukti ketika dia membuka Awal pertunjukan penciptaan Karya Tugas Akhirnya “Alor Aik Nyawe” yang mampu menyedot aura para penonton jadi bergidik ngeri & merinding dibuatnya.  Bener-bener progres prestasi yang mengejutkan! Bangga.. Bangga.. Bangga deh pokoknya punya teman-teman berprestasi seperti kalian.



Hummm... Saya pikir sekian dulu tulisan mengenai Anak-anak 2007, Tari_ISI Yogyakarta.  Semoga kebersamaan ini tetap terus berlanjut sampe kapan pun.  Saling Komunikasi, tetap semangat menjalankan Visi Misi_nya.  Oh yaa,, JANGAN LUPA!!!
AGENDA SELANJUTNYA DI AWAL BULAN APRIL
Selesai keluarnya IJAZAH, langsung SEWA FILA DI KALIURANG sebagai Acara Perpisahan!!
Koordinator tempat dengan Mila & Sekar, untuk biaya diserahkan sama Memey.  Jangan lupa buat teman-teman seAngkatan 2007 Jurusan Tari yang Pengkajian mungkin berminat ikut.  Langsung daftar sama Memey.  See You!!
Ceritanya juga bakal bersambung nih... Ditunggu aja yaa ^_^

Selasa, 28 Februari 2012



C
atatan Cinta Seorang Mualaf
Pesan seorang sahabat : “Semoga Cerita ini bisa menjadi inspirasi semua wanita untuk tetap kuat dan tidak merasa sendiri. Makasih.”

Saat Cinta Menemukanmu....

Saya bertanya , Di manakah cinta menemukanmu?

“Saya kenal dengan suami saya secara tidak sengaja, mbak.  Waktu itu saya sedang berada di depan gereja selesai misa.  Suami berdiri tidak jauh, ternyata ia sedang menunggu temannya yang ikut kebaktian hari sabtu .  kebetulan gereja dengan masjid dekat, hanya saling berseberangan.  Waktu itu saya masih beragama katolik.”  Ujar seorang yang tenyata memiliki nama Lisa.

“Sejak awal kesadaran adanya konsekuensi dari perbedaan agama, bukan tidak disadari.  Tetapi pertemuan pertama itu menumbuhkan rasa sayang yang ajaib.  Serta merta, begitu tiba-tiba”.

Saya ingat penah bertanya kepadamu, apakah yang menarik dari sosok lelaki muslim yang ditemui satu siang di depan gereja itu?  Ada cinta jawabmu.

“Yang menarik hati saya pada waktu itu rasa sayang, sikapnya yang lemah lembut dalam berbicara, tutur kata yang sangat sopan, sangat ngemong, dan perhatian yang saya dapatkan darinya, ekspresi yang tidak saya dapatkan dari Papa.  Bukan karena Papa tidak sayang, tetapi karena Papa selalu sibuk dengan pekerjaannya. Bisa dibilang Papa sangat gila kerja. Nyaris tidak ada waktu buat keluarga

Maklum, Mbak. Dalam keluarga kami jarang ada komunikasi, seperti kebanyakan orang keturunan. Papa dan Mama sayang tetapi selalu bersifat otoriter dan jarang sekali mengajar anaknya bicara atau hanya sekedar bercanda.
Saya sangat membutuhkannya, Mbak.  Begitu membutuhkan sampai saya takut akan kehilangannya.”

Hmm.. Bayangkan kontrasnya dengan sosok Papa, telah membuatmu merajut harapan terhadap laki-laki itu.  Sikap perhatian, kasih sayang dan kelemahlembutannya menimbulkan perasaan nyaman yang membuatmu merasa butuh berada disisinya.  Hanya tiga bulan, enam kali pertemuan.. bulat sudah keputusanmu untuk menikah dengan laki-laki yang sifat-sifat baiknya telah memenangkan hatimu.  Hari-hari setelah itu pun penuh dengan kemesraan yang memabukkan.  Sesuatu yang kau kira tidak akan pernah berakhir....

Usia Pernikahan Mempengaruhi Kemesraan

Saya tanya kembali, benarkah usia pernikahan mempengaruhi kemesraan?

“Usia pernikahan memang mempengaruhi kemesraan.  Sebab apa yang saya alami sekarang setelah sembilan tahun menikah, begitu jauh dbandingkan tahun-tahun pertama menikah.
Satu sampai tiga tahun pernikahan, kami hidup dengan tenang walaupun hanya pas-pasan.  Meski saat itu kami hanya makan nasi dengan garam karena pada saat awal menikah suami baru lulus dan langsung ditempatkan di daerah yang sangat terpencil.  Uang gaji pun dirapel sampai enam bulan.  Tapi untunglah, Mbak, saya bukan anak yang manja apapun keadaan suami saat itu saya terima ikhlas.  Yang terpenting suami mencintai dan penuh kasih sayang”.

Lalu apa yang terjadi setelah itu?  Bagaimana bisa suami yang dulu mati-matian berjuang mendapatkan cintamu, bahkan berhasil meyakinkanmu untuk berpindah keyakinan...  ini bukan perkara mudah, tiba-tiba menjelma sosok asing yang dingin dan tanpa kasih? 

Padahal upaya keras dan semua pengorbanan yang telah dilakukan, agar Mama Papa merestui pernikahan kalian.  Betapa sakit menghadapi pendar kecewa di mata Papa karena anaknya memutuskan meninggalkan kepercayaan yang dianutnya hingga lebih dari dua puluh tahun ini.  Lalu airmata yang tumpah saat bersimpuh dikaki mama dan butiran bening yang terasa saat Mama memelukmu.  Keduanya tak mampu berbuat apa-apa, kalah oleh cinta kasih yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh putri mereka.

“Memang saya akhirnya masuk Islam, Mbak.  Agar selangkah dengan suami, sebab suami tidak ingin dalam satu kapal yang ia nakhodai ada dua nahkoda.  Ia tidak mau setelah pernikahan nanti ada dua agama dalam satu rumah tangga.

Nah itulah, Mbak yang membuat saya yakin dan akhirnya bersedia masuik Islam, pada 26 Oktober.  Sehari setelahnya saya dikhitan, dan pada 28 oktober 1998 saya pun menikah.”

Kapan Ujian Itu Dimulai?

“Di tahun keempat suami saya dipindahtugaskan ke daerah dan menjadi orang penting di pemerintahan daerah... saya tidak mengerti kenapa tiba-tiba koko, begitu panggilan sayang saya terhadapnya karena saya masih memiliki darah Chinese, seolah menjelma seorang monster yang selalu berbohong, egois... dan banyak lagi, Mbak..

Mungkin dia capek.

Mungkin dia banyak masalah di kantor.

Mungkin kepalanya pening dan stres saking banyaknya tuntutan atasan.

Mungkin dia sedang membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan proyek dan harus lebih sering berada di kantor...”

Saya membayangkan perasaanmu yang awalnya berusaha menafikkan perubahan yang terjadi, sebagaimana yang biasa dilakukan istri-istri pada umumnya.  Prasangka baik yang membuat kaum perempuan kadang menjadi kurang peka melihat perubahan sikap suami.

Prasangka baik memang harus ditumbuhkan dalam upaya menjadi istri salihah sebagai upaya untuk membahagiakan pasangan yang menginginkan istrinya lebih pengertian.  Prasangka baik agar kaum perempuan, tidak dicap pencemburu, dibandingkan dengan istri-istri rekan sekantor suami yang lebih santun, penurut, tidak rewel dan bawel.  Semua itu demi cinta, seluruh prasangka buruk dibuang jauh-jauh demi bakti seorang istri.

“Waktu itu saya selalu ditinggal, Mbak.  Koko sering tidak pulang.  Alasannya menemani pejabat keluar kota.  Selalu ada saja alasannya.  Tetapi saya berusaha untuk percaya dan memaklumi kesibukannya.  Toh, dia bekerja untuk kebaikan keluarga kami.

Perselingkuhan pertama, Mbak... Saya melihat dengan mata kepala sendiri.  Saat dengan perut yang mulai membesar karena hamil enam bulan, koko berboncengan dengan perempuan lain!  Saya tidak ingin cemburu.  Mungkin salah lihat.. mungkin bukan dia.  Mungkin teman itu teman sekantor dan mereka harus bergegas untuk urusan pekerjaan.  Tapi jika itu jawabannya, kenapa saat saya menelepon suami tidak diangkat-angkat?  Baru pada telepon ketiga bisa dihubungi.  Tanpa ragu koko mengatakan saat itu dia sedang berada dikantor.  Sementara orang-orang di kantor tegas-tegas menyatakan dia sedang diluar kantor.

Saya berharap itu hanya kebetulan.  Saya berusaha melupakan dan menganggapnya perkara kecil.  Tetapi diam-diam saya berdoa agar apa yang terjadi tak seburuk dugaan saya.  Saya berjuang agar tetap menerimanya dengan tangan terbuka dan penuh kasih setiap dia pulang kantor.  Dalam titik iman yang tidak seberapa saya punya saya pun meminta kepada-Nya, agar ketika saya tidak bisa menjaga, Allah mampu menguatkan iman suami dan menjauhkannya dari godaan perempuan lain.”

Setelah Ananda Lahir, berubahkah kehidupanmu?

“Ayunda lahir, anak emas kata dokter.  Sebab baru di usia pernikahan yang keempat, dia hadir dalam kehidupan kami.
Saya baru tahu sekitar delapan bulan lalu, saat itu kami sedang bertengkar, Mbak.  Entah apa masalahnya, saya lupa. Tapi setela pertengkaran dia bertanya, “Yang maaf .. Koko mau tanya. Apa Ayunda benar-benar anak Koko?”

Mungkin klise, tapi saya seperti disambar petir menerima kenyataan itu.  Menurut Koko sudah dari dulu hal itu ingin ditanyakan. Tetapi waktu saya hamil, dia takut saya berbuat nekat.  Makanya baru dilontarkan saat kami bertengkar.
Saya pandangi wajah Ayunda yang tertidur.  Ananda, buah cinta kami.. tampak polos, menggemaskan, dan membuat jatuh sayang.  Bagaimana bisa Koko meragukan anak kami? Dengan menangis saya ambil Al Qur’an dan bersumpah di atasnya, bahwa Ayunda benar darah dagingnya.”

Ah, apalagi ini?  Sindrom ketidaksiapan seorang Ayah kah? Namun kenapa baru dilontarkan ketika anak itu berusia lebih dari lima tahun?  Semua kecurigaan saat masih mengandung dan saat engkau temukan kebenaran melalui pesan-pesan mesra yang mengisi ponsel suami mu, malah semakin menjadi-jadi?  Meski dengan keberanianmu menanyakan kepada suami, justru malah tuduhan yang didapat atas ketidakrasionalan dan pencemburunya dirimu yang tersulut karena SMS, yang seharusnya tidak dipermasalahkan.  Kamu bahkan rela secara diam-diam membawa Ayunda test darah lengkap di rumah sakit.  Sungguh perjuangan seorang ibu yang sepenuhnya bisa saya pahami.

“Kondisi saya yang masih lemah karena belum lama melahirkan kala itu, kala itu semakin bertambah lemah.  Hati rasanya hancur mengetahui suami memanggil perempuan lain dengan sebutan sayang.  Koko bilang, perempuan itu hanya teman biasa.  Saya bertanya lagi, kalau memang teman biasa, kenapa harus pakai sayang?  Kami bertengkar dan lagi-lagi saya harus mengalah, mencoba melupakan kejadian itu.

Berangsur sikap sabar Koko menghilang, Mbak.  Berganti kekasaran.  Lambat laun sikapnya tidak lagi suami terhadap istri, melainkan pembantu.  Jika salah sedikit, lupa sedikit, salah meletakkan barang, berbagai caci maki meluncur dari lisannya yang dulu hanya mengeluarkan kalimat manis.  Kata-kata ‘bodoh, biadab, dan binatang’ bisa dengan mudah terlontar dari mulutnya.  Beberapa kali pernah dia berkata ‘untuk apa punya istri seperti ini jika tidak ada gunanya?’

Padahal persoalannya sering sepele.  Kesibukan mengasuh si kecil membuat saya lupa menyiapkan keperluannya dengan sempurna; pakaian, braso lencana, lupa memasang papan nama di bajunya... atau terlewat menyemir sepatunya.

Di rumah tidak ada yang membantu.  Jadi semua saya lakukan sendiri.  Kadang pada saat yang sama Ayunda yang sedang aktif-aktifnya juga meminta perhatian.  Suami tidak mengerti...
Bahkan seorang pembantu masih menerima penghargaan dengan dibayar jasanya.  Sedangkan saya? Makin lama saya merasa semakin tidak berdaya. Hancur.  Bisakah Mbak membayangkan perasaan saya?

Untuk menambah pemasukan, karena semakin sulit meminta uang dari suami, saya usaha bikin kue kecil-kecilan, Mbak.  Untungnya tidak seberapa, tapi suami selalu merasa saya banyak uang.  Akibatnya bila saya meminta uang untuk membayar SPP si kecil, atau ongkos dan belanja, suami cepat kesal dan marah.  Saejak awal saya memang tidak pernah diberikan amplop gaji suami.  Jadi selama ini kalau butuh, baru minta.  Sebenarnya malu, Mbak... menadahkan tangan terus tapi apa boleh buat?

Belakangan suami sering mengeluh tidak punya uang.  Anehnya kalau untuk keperluannya seperti jalan-jalan dan harus rental mobil dengan teman-temannya, suami tidak pernah kekurangan uang.  Tetai untuk saya dan ananda sulit sekali keluar dari kantungnya.  Kalaupun memberi seperti tidak ikhlas.

Bukan maksud saya mengeluh terhadap hal-hal yang kecil dan tidak bersyukur.  Tapi kadang iri terhadap ayah-ayah lain yang begitu terlibat terhadap anak-anaknya.  Sedang suami?  Susah sekali diminta mengantar si kecil ke sana kemari, tapi jika ada temannya yang menelepon dan minta ketemu, capek dan alasan lainnya langsung hilang.  Dia bisa dengan cepat berangkat entah kemana.  Kebetulan kami tinggal di rumah dinas yang dekat kantor hanya berjarak 3-4 meter, Mbak..

Seiring sikap kasar yang bertambah, suami juga semakin perhitungan tentang uang dan tuturmu?  Saya tidak tahu apa ini gejala yang sama yang mengikuti perubahan suami karena hatinya telah berpaling ke perempuan lain dan menyebabkan isi kantung pun ikut berubah tujuan?  dan Apakah dia lupa?  Bahwa doa-doa istri juga yang Allah dengar sehingga kehidupan rumah tangga membaik????

Maafkan tentang teori perubahan isi dompet suami, karena saya emosi.  Tidak bisa sepertimu, Lisa.  Yang terus menghidupkan prasangka baik, betapapun berkali-kalinya keraguan muncul, perasaan terluka yang semakin dalam.  Menyadari lebih banyak mengabiskan waktu malam sendiri, sebab suami hampir selalu pulang menjelang pagi.

Puncak Sakit Hati Itu?

Disuatu ketika... Ceritamu sewaktu masih pagi saat suami sedang berada dihalaman rumah bersama putri kecil kalian.  Pukul sembilan pagi, telingamu menangkap bunyi SMS masuk dari ponsel suami.
Entah keberanian dari mana yang mendorongmu meninggalkan kesibukan di dapur sejenak, mengambil Handphone serta membuka SMS yang masuk.  Pengirimnya seorang perempuan.  Tertulis disana kata-kata yang tidak mungkin terlupakan seumur hidupmu.  Kata-kata yang membuat jantungmu berhenti berdetak.

‘Mas, mas terima kasih atas apa yang telah terjadi di antara kita.  Aku benar-benar tidak bisa melupakannnya.  Begitu indah tidur bersamamu.  Kuberikan sesuatu yang berharga yang kumiliki.  Aku berharap bisa mengayuh biduk bahtera rumah tangga ini bersamamu berdua....’

ALLAH.. sulit saya membayangkan perasaanmu yang sedang memasak dan berusaha keras mengendalikan emosi agar terlihat tetap tenang.  Dengan tangan gemetar dan berkeringat dingin, saat berpura-pura menjadi suamimu dan membalas SMS sehingga semua kebenaran terbuka.  Segala yang tida baik semuanya keluar....

Lisa, saya memahami bagaimana perasaanmu saat suami tidak mau mengakui meski sent item ditemukan kalimat-kalimat mesra yang menunjukkan hubungan mereka yang sudah begitu intim.  Namun..

Dimanakah hati seorang lelaki saat menyaksikan
hancurnya kebahagiaan seorang perempuan?
Saat istrinya berlari ke dalam kamar, mencoba mengunci dan melukai diri sendiri...
memutuskan nadi agar kehidupan berhenti?


“Saya kira, saya sudah akan mati, Mbak.  Saya sudah tidak peduli.  Selama ini tidak ada tempat mengadu karena saya tidak pernah menceritakan masalah dengan suami kepada Papa, Mama, dan pihak keluarga saya.

Untunglah Koko masuk mendobrak kamar dan meminta maaf atas semua kekhilafannya.  Untuk pertama kali ia menyatakan penyesalannya.  Sebenarnya saya tidak ingin memaafkan, saya ingin mati saja waktu itu.  Mungkin iman saya memang rendah.  Sungguh, saya hanya ingin mati... tetapi suara Ayunda yang menangis dan memanggil-manggil ‘Mama’ membuat saya terenyuh dan sadar.
Ah, saat itu saya memang benar-benar putus asa, sehingga lupa terhadap Ayunda.  Makin tersia-sialah dia jika saya tidak ada.  Astaghfirulloh... melihat tangis gadis kecil itu, saya tahu.. saya harus kuat dan bertahan hidup untuknya.”

Saya bersyukur Allah menerangi hatimu di detik-detik kritis itu.. seputus-putus asanya seorang perempuan, setidaknya janganlah memutuskan kehendak Allah.  Tidak mencabut nikmat kehidupan luar biasa yang telah diberikan kepada hamba-NYA.

Kabar terakhir

Saya tahu perjuanganmu belum berakhir Lisa..  Permohonan maaf yang dulu diucapkan sama sekali tak berbekas.  Perempuan-perempuan lain masih terus hadir.  Tentang perzinahan suami yang terus berlangsung dan sulit diceritakan satu persatu sangat sulit untuk Lisa ungkapkan.  Perzinahan dengan pelacur di Bandung, lalu dengan mahasiswi yang KKN, dengan teman sekantor... Banyak!

Keinginan untuk berpisah bukan tidak ada.  Apalagi selama ini Lisa tidak bisa bercerita kecuali kepada ibu mertua, yang sudah semakin tua dan nasihatnya pun tidak digubris si anak.

“Saya ingi berpisah dari suami, Mbak.  Tapi saya memikirkan anak, juga memikirkan karir suami.  Maklum, Mbak, suami saat ini memang punya karir yang bagus.  Saya tidak ingin gara-gara permasalahan ini, citra dan karirnya di pemerintahan jadi hancur.

Saya tidak pernah ingin bertengkar di depan anak, tetapi suami saya selalu memarahi saya di depan anak.  Sampai pernah suatu kali anak kami protes, “Papa, kok mayah-mayah sama mama teyus, kan kasihan”.  Bahkan disaat sedih dan menangis saya tidak pernah tampakkan dihadapan anak, kecuali yang sekali itu.

Kadang saya berpikir untuk membalas semua perselingkuhan suami, Mbak.. Rasa sakit... entahlah, saya nggak bisa cerita.  Rasanya airmata ini ingin keluar tetapi sudah kering.  Setiap menit, setiap detik, saya sudah tidak sanggup untuk hidup bersamanya.  Enggak kuat, Mbak.  Saya harus menyembunyikan kesedihan, menyembunyikan tangis.  Semua ditutupi agar keluarga tidak tahu.
Saya tidak ingin mereka membenci Koko. Bukan, bukan semata karena Koko adalah suami saya.  Tetapi karena dia ayah dari Ayunda..

Perempuan..... betapa pun luka hati.  Masih memikirkan kepentingan laki-laki yang dicintai.  Meski laki-laki itu telah jauh dari memberikan kasih dan sayang.. serta perlindungan.  Kabar terakhir yang diketahui Lisa menderita andromium dan batu di kantung empedu.  Penyakit yang saat iman terasa lemah, kadang menggodanya untuk berharap cepat dipanggil Tuhan.

“Tentang penyakit ini, saya tidak ingin dioperasi karena saya tidak ingin sembuh.  Biarlah saya mati dengan penyakit ini lebih cepat dari pada bunuh diri.  Suami sendiri sepertinya tidak peduli dengan kesehatan saya, Mbak.  Dia tahu tapi tidak pernah menanyakan kondisi saya.  Hanya sekali komentar, ‘Perlu dioperasi enggak? Mahal dong! Usahalah bagaimana mengurusi diri sendiri, kami kaum laki-laki tau isteri sakit-sakitan, ibarat tanah merah belum kering pun pasti sudah cari pengganti dan kawin lagi!!’

Tapi tidak apa.  Itu justru bagus, menandakan ketidakperhatiannya kepada isteri.  Menambah harapan, agar Allah cepat mencabut nyawa.  Kalaupun saya harus mati saya hanya berharap agar Ayunda nantinya bisa mendoakan Ibunya.  Bisa dididik saudara ipar atau ibu mertua.
Saya selalu berdo’a, Mbak... agar anak saya kelak hidupnya tidak seburuk hidup Mamanya.  Saya ingin hidupnya layak disayang, dicintai, dihormati, serta dihargai oleh suami.  Saya ingin dia mendapat takdir yang baik yang tidak saya dapatkan...........

Makasih banget, Mbak.. sudah memberikan ruang buat saya curhat melepaskan segala sedih dihati.  Terima kasih ya, Mbak.. sudah mau menyayangi saya.  Saya berharap bisa mendapatkan banyak kasih sayang dari semua orang, termasuk cinta dan kasih sayang yang telah hilang darinya.”

Lisa, di mana pun kamu berada.. semoga Allah memberikan ketegaran, kekuatan, dan kesabaran serta kesembuhan dari penyakitmu.  Semoga pelangi itu Allah hadirkan dari arah yang lain dan menjadi penghibur di hari-hari mendung seperti ini. Amin Yaa Rabbal’alamin. (RED.A-N)