Apa yang Anda pikirkan tentang blog ini?

Sabtu, 26 November 2011


Tolong lah cinta..

Saat terdesak aku sangat mengharapkan mu membelai hening jantung hatiku.  Setidaknya kamu harus tahu mengapa aku pasrah berkata seperti ini.  Bijaknya tutur kehidupan kini buat terjebak.  Binasa!  Itu lah yang selalu diandalkan untuk resiko terdepan dari sebuah kelalaian.

Lima puluh hari kebersamaan ini tak mengubah apapun bagiku.  Tak sanggup berharap akan berkembang lebih, tak menginginkan pula menyusut hilang kendali.  Asal kau tahu cinta, tidak mudah membiarkan mu bersaksi dalam rentang waktu yang sulit tuk dijamah.  Ini sebuah keputus asaan!

Aku pernah mengizinkan mu menapaki jalanan terjal tanpa tautan jemari ini.  Lalu apa yang terjadi cinta? Bantahan mu tak bermekaran harumnya seperti kasturi .. aku hanya mampu tersenyum.  Seperti inilah keadaan nya , tak sanggup boleh lah berlalu.  Anggukkanlah kepalamu untuk menyetujui pendapat ku ini.

Mengertilah cinta..

Sewaktu mengingat mu hadir mengisi relung kalbu, tiba-tiba saja rasa syukur ini terucap syahdu.  Setidaknya kamu harus tahu mengapa aku pasrah berkata seperti ini.  Aura ketenangan mengalir , menghampiri, membentuk riak-riak kecil bergejolak indah di dada.  Tetaplah bersama!  Suasana ini lah yang nyaris membunuh keluh kesah ku.
Detik demi detik terlampaui masih tak mengubah apapun bagiku.  Tak berharap satu pujian bahkan caci makian datang menghampiri tanpa alasan yang pasti.  Jika kamu mengerti, kesederhanaan kita ialah pondasi penyatuan satu asa.  Ini sebuah tantangan!

Cukup hanya kamu cintaku..
Di Tahun baru Islam 1 Muharam 1433 Hijriah ini
Ijinkan aku berharap, untuk dapat selalu tersenyum bersamamu disaat sedih maupun suka hingga waktu tak berkenan lagi menjawab.

Jumat, 04 November 2011

Tari Kontemporer dan Seniman Kita


Tari kontemporer merupakan salah satu gejala dalam kehidupan modern kita dewasa ini. Keberadaannya dikalangan seniman sudah tidak asing lagi, tapi dari kalangan awam tari dari golongan ini masih kurang di kenali. Kebanyakan orang tidak mengerti, nilai-nilai dan kwalitas yang terkandung. Apakah kiranya yang dapat diharapkan dari tari yang menamai dirinya tari kontemporer itu, yang ditangkap hanya keanehannya saja oleh karena dilatarbelakangi oleh ketidaklazimannnya itu. Lewat usaha pengadaan even-even seperti Pasar tari Kontemporer, Indonesia Dance Festival, Festival Nasional Tari Nusantara dan kegiatan apa lagi yang akan muncul nanti nya itulah yang akan menjembatani pemahaman dalam masyarakat.  Dengan begitu, karya yang disajikan dapat disimak, dinilai dan dihayati oleh banyak orang.  Kemudian diperbincangkan, dikenang, dan kemudian orang mengharapkan untuk melihat karya-karya tari kontemporer spektakuler lain nya.

 
Tari kontemporer atau tari masa kini merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seniman tari sebagai perkembangan lebih lanjut dari gerakan yang dilancarkan oleh seni modern, yang cendrung untuk menentang tradisi. Usaha yang keras untuk menemukan bentuk-bentuk baru, azas-azas komposisi baru dan bahkan sumber-sumber gerak selalu ada di sana di pusat medan kreativitas di mana sang seniman bekerja untuk mencari kemerdekaannya.

Seni tari kontemporer secara umum juga cendrung untuk menanggapi masalah aktual yang terjadi dalam masyarakat masing-masing atau masalah apa saja yang dikenali sebagai masalah global (hot issue). Namun, sang seniman juga hidup dalam lingkungan tradisi di mana tradisi itu berada, tradisi itu dirasakan sebagai sesuatu yang harus di hadapi, bahkan dilawan, tetapi adakalanya juga samar-samar dikenali sehingga menjadi tantangan untuk meraihnya. Melihat situasi seperti ini maka seniman itu didesak untuk bersikap terhadap tradisi melalui suatu dialog yang mempunyai arti, baik pada tataran konsep maupun pada tehnik. Kecendrungan dalam mencari penemuan-penemuan baru, mencari sumber-sumber gerak yang baru, tehnik-tehnik yang baru. Agaknya hal seperti inilah yang digemari oleh penata tari muda sekarang lalu di tampung oleh suatu wadah yang sering dinamakan festival. Kebebasan seperti ini dijadikan sebagai wadah dan lahan yang luas menuangkan ide, gagasan, sehingga ia mampu dan siap untuk menyajikan yang sifatnya kebaru-baruan. Hal yang berbau kebaru-baruan tentu banyak mempertimbangan dari segala aspek agar menjadi sebuah pendalaman konsep yang berarti dari sebuah pikiran yang akan dilahirkan menjadi sebuah karya.


Perkembangan tari kontemporer beserta aspek-aspek pendukungnya telah nampak dalam wujud yang nyata, sebagai indikasi dari festival tari yang diadakan telah melahirkan penata tari muda dalam menyongsong masa depan tari di Indonesia. Tinggal sekarang pemantapan dan bimbingan serta motivasi diri yang paling menentukan, semua ini ditandai dengan usaha-usaha seperti hasil kreativitas.  Salah satu hal yang dapat memotivasi diri para seniman muda adalah dukungan dari pihak pemerintah atau suatu intitusi yang peduli akan pergerakan tumbuh kembang nya seni tari.  Setidak nya bisa merangkul dan menganjurkan agar  seniman seni di Indonesia lebih banyak mengundang kurator internasional agar seni kontemporer Indonesia bisa lebih dikenal secara global.


Hal yang lebih prinsipil yaitu bagaimana usaha kita tidak menjadi seniman pesanan, karena dengan menjadi seniman pesanan akan mengakibatkan lamban dalam perkembangan.  Lalu jalan yang terbaik dalam mengukir sebuah prestasi seni adalah apabila diri seniman itu dikomandoi oleh hati dan perasaannya sendiri utnuk berbuat atau berkarya. 

Intinya diri seniman itu tidak selalu dikomandoi oleh sebuah even yang besar.
Buat even sendiri aja!
Itu lebih baik untuk memicu kreativitas berkwalitas.

Terima Kasih,

(Ica_Furry).

Ulasan kecil tentang regenerasi tari yang malang melintang

"Masa muda adalah masa yang penuh semangat untuk berbuat, masa muda sarat dengan daya imajinasi, daya kreasi dan usaha pantang menyerah. Akan tetapi dalam seni semangat saja belumlah cukup. Kemampuan tehnik, kepekaan rasa, pengetahuan, kecerdasan serta pengalaman ikut menentukan.
Hendaknya semangat muda itu di sadari dan di bina, karena semangat yang menggebu itu jikalau tidak disalurkan akan mudah putus dan susah untuk bangkit kembali, padahal para muda itu menjadi tumpuan masa depan yang bahasa slogannya adalah generasi penerus. Namun tak berarti juga semua yang diterima dari yang tua harus diteruskan atau sebaliknya semua yang lama harus diganti. Sebab dalam kehidupan selalu terdiri dari tiga generasi; yang sudah senja, yang sedang berkuasa dan yang akan menggantikan. Alangkah bijaknya jika nilai lama yang masih relevan diteruskan. Tapi sepantasnya pula generasi muda diberi kesempatan untuk menemukan jati diri dan mengukir prestasi sesuai dengan gelora jiwa masa kini."
Paparan dari paragraf diatas memang benar adanya.  Pernah ketika saya mengalami masa-masa seperti itu, ada beberapa keganjalan yang menekan kemajuan kegiatan berkesenian yang sedang saya dan teman-teman geluti.  Cukup menorehkan sedikit rasa kecewa dan menumbuhkan keraguan untuk kembali bersemangat menjalankan nya.  Ketika mengetahui jawatan terkait tak mendukung terobosan-terobosan yang kami lakukan, dengan menyebarkan isu-isu politik untuk menjatuhkan, maka yang bisa saya lakukan saat itu hanyalah menguatkan rasa semangat teman-teman atas keputus asaan yang kian tercipta.

Tidak pernah menyangka bahwasanya seni yang kami tawarkan (dalam hal ini ialah seni tari) secara tidak langsung hanya dijadikan sebuah trik alih kuasa, alih kiblat, dan alih dana segar.  Mengapa dikatakan demikian?  Jawabnya sangat gampang, karena kami masih bodoh.  Dimana kesempatan berdikari itu bisa kami dapatkan? kalau pun di dapat, resiko terbesar adalah kami harus sadar dan siap dikatakan sebagai kelinci percobaan.

Menggaris bawahi kalimat diatas yang berbunyi, Sebab dalam kehidupan selalu terdiri dari tiga generasi; yang sudah senja, yang sedang berkuasa dan yang akan menggantikan. Alangkah bijaknya jika nilai lama yang masih relevan diteruskan.  Sejujurnya tak pernah sedikitpun saya memiliki niatan untuk merusak yang namanya tradisi warisan.  Hanya mencoba untuk menjadi lebih kreatif menanggapi masalah sosio-kultural lalu menuangkan nya ke dalam bentuk tari.  Esensi yang dipakai sebagai nafas pedoman bagi karya yang diciptakan tetap saja berasal dari tradisi.  Mungkin hanya bentuk pengemasan nya saja yang tidak biasa sehingga dipandang “beda” dan aneh dalam lingkup tempat kami hidup.  Dengan selalu tampil beda itulah tujuan kami sebenar nya agar ada kesempatan regenerasi tari baru hadir dalam lingkup kehidupan kami. Ironis nya, tidak mudah bagi mereka yang sudah senja, yang sedang berkuasa, menerima bahwa yang menggantikan kini telah ada.  Inilah sebuah PR yang harus kami kerjakan entah sampai kapan bisa terselesaikan.

Seorang seniman besar pernah berkata kepada saya ; “Ketika kesenian itu dirusak, positif nya adalah pengetahuan tentang tradisi asli suatu daerah akan semakin dicari dan terus digali oleh banyak orang. Jadi jangan pernah takut ‘merusak’, karena itu pun sudah pasti ada etika dan pertanggungjawaban nya.  Yakin bahwa semua kesabaran dan keuletan itu bisa menghasilkan karya yang luar biasa berbeda.”

Sangat menarik!

Masalah ini selalu menjadi kajian bagi saya sebagai seorang koreografer, pemerhati seni dan penulis selama kurang lebih 5 tahun belakangan ini.  Saya memang tidak berbakat untuk banyak bicara, akan tetapi saya lebih sering berusaha memaparkan nya lewat tulisan-tulisan agar pembaca dapat menikmati sendiri bagaimana susah senang nya bergelut di layar seni pertunjukan terutama tari.  Membawa perubahan ke daerah tempat kita berasal memang gampang-gampang susah.  Semua butuh waktu.  Walau terasa kecil yang dilakukan, mungkin saja bisa jadi sangat besar pengaruh nya dikemudian hari.

Ada beberapa tulisan yang nanti nya akan hadir mengisi di pikiran-pikiran anda, semoga saja dapat menggelitik untuk meng_kritisi pemikiran saya.

Terima Kasih.
(Ica_Furry)

Kamis, 20 Oktober 2011

Asal Mula Bangka


Sejarah mengungkapkan bahwa Pulau Bangka pernah dihuni oleh orang-orang Hindu dalam abad ke-7. pada masa Kerajaan Sriwijaya pula Bangka termasuk pula sebagai daerah yang takluk dari kerajaan yang besar itu. Demikian pula kerajaan Majapahit dan Mataram tercatat pula sebagai kerajaan-kerajaan yang pernah menguasai Pulau Bangka.
Namun pada masa itu pulau Bangka baru sedikit mendapat perhatian, meskipun letaknya yang strategis ditengah-tengah alur lalu lintas setelah orang-orang daratan Asia maupun Eropa berlomba-lomba ke Indonesia dengan ditemukannya rempah-rempah. Kurangnya perhatian dari para bajak laut yang menimbulkan penderitaan bagi penduduknya.
Untuk mengatasi kekacauan yang terjadi, Sultan Johor dengan sekutunya Sutan dan Raja Alam Harimau Garang. Setelah melakukan tugasnya dengan baik, juga mengembangkan Agama Islam ditempat kedudukannya masing-masing Kotawaringin dan Bangkakota. Namun sayangnya hal ini tidak berlangsung lama, kemudian kembali pulau Bangka menjadi sarang kaum bajak laut.
Karena merasa turut dirugikan dengan dirampasnya kapal-kapalmya maka Sultan Banten mengirimkan Bupati Nusantara untuk membasmi bajak-bajak laut tersebut, kemudian Bupati Nusantara untuk beberapa lama memerintah Bangka dengan gelar Raja Muda. Diceritakan pula bahwa Panglima Banten, Ratu Bagus yang terpaksa mundur dari pertikaiannya dengan Sultan Palembang, menuju ke Bangka Kota dan wafat disana.
Setelah Bupati Nusantara wafat, kekuasaan jatuh ketangan putri tunggalnya dan karena putrinya ini dikawinkan dengan Sultan Palembang, Abdurrachman (1659-1707), dengan sendirinya pulau Bangka menjadi bagian dari Kesultanan Palembang.
Pada tahun 1707 Sultan Abdurrachman wafat, dan ia digantikan oleh putranya Ratu Muhammad Mansyur (1707-1715).
Namun Ratu Anum Kamaruddin adik kandung Ratu Muhammad Mansyur kemudian mengangkat dirinya sebagai Sultan Palembang, menggantikan abangnya (1715-1724), walaupun abangnya telah berpesan sebelum wafat, supaya putranya Mahmud Badaruddin menyingkir ke Johor dan Siantan, sekalipun secara formal sudah diangkat juga rakyat menjadi Sultan Palembang.
Tetapi pada tahun 1724 Mahmud Badaruddin dengan bantuan Angkatan Perang Sultan Johor merebut kembali Palembang dari pamannya.
Kekuasaan atas pulau Bangka selanjutnya diserahkan oleh Mahmud Badaruddin kepada Wan Akup, yang sejak beberapa waktu telah pindah dari Siantan ke Bangka bersama dua orang adiknya Wan Abduljabar dan Wan Serin.
Kemudian atas dasar Konversi London tanggal 13 Agustus 1814, Belanda menerima kembali dari Inggris daerah-daerah yang pernah didudukinya ditahun 1803 termasuk beberapa daerah Kesultanan Palembang. Serah terima dilakukan antara M.H. Court (Inggris) dengan K. Heynes (Belanda) di Mentok pada tanggal 10 Desember 1816.
Kecurangan-kecurangan, pemerasan-pemerasan, pengurasan dan pengangkutan hasil Timah yang tidak menentu, yang dilakukan oleh VOC dan Ingris (EIC) akhirnya sampailah pada situasi hilangnya kesabaran rakyat. Apalagi setelah kembali kepada Belanda. Yang mulai menggali timah secara besar-besaran dan ang sama sekali tidak memikirkan nasib pribumi. Perang gerilya yang dilakukan di Musi Rawas untuk melawan Belanda, juga telah membangkitkan semangat perlawanan rakyat di Pulau Bangka dan Belitung.
Maka pecahlah pemberontakan-pemberontakan, selama bertahun-tahun rakyat Bangka mengadakan perlawanan, berjuang mati-matian utnuk mengusir Belanda dari daerahnya, dibawah pimpinan Depati Merawang, Depati Amir, Depati Bahrin, dan Tikal serta lainnya.
Kemudian istri Mahmud Badaruddin yang karena tidak serasi berdiam di Palembang diperkenankan suaminya menetap di Bangka dimana disebutkan bahwa istri Sultan Mahmud ini adalah anak dari Wan Abduljabar. Sejarah menyebutkan bahwa Wan Abduljabar adalah putra kedua dari abdulhayat seorang kepercayaan Sultan Johor untuk pemerintahan di Siantan, Abdulhayat ini semula adalah seorang pejabat tinggi kerajaan Cina bernama Lim Tau Kian, yang karena berselisih paham lalu melarikan diri ke Johor dan mendapat perlindungan dari Sultan. Ia kemudian masuk agama Islam dengan sebutan Abdulhayat, karena keahliannya diangkat oleh Sultan Johor menjadi kepala Negeri di Siantan.
Sekitar tahun 1709 diketemukan timah, yang mula-mula digali di Sungai Olin di Kecamatan Toboali oleh orang-orang johor atas pengalaman mereka di semenanjung Malaka. Dengan diketemukannya timah ini, mulailah pulau Bangka disinggahi oleh segala macam perahu dari Asia maupun Eropa. Perusahaan-perusahaan penggalian timah pun semakin maju, sehingga Sultan Palembang mengirimkan orang-orangnya ke Semenanjung Negeri Cina untuk mencari tenaga-tenaga ahli yang kian terasa sangat diperlukan.
Pada tahun 1717 mulai diadakan perhubungan dagang dengan VOC untuk penjualan timah. Dengan bantuan kompeni ini, Sultan Palembang berusa membasmi bajak-bajak laut dan penyelundupan-penyelundupan timah. Pada tahun 1755 pemerintah Belanda mengirimkan misi dagangnya ke Palembang yang dipimpin oleh Van Haak, yang bermaksud untuk meninjau hasil timaha dan lada di Bangka. Pada sekitar tahun 1722 VOC mengadakan perjanjian yang mengikat dengan Sultan Ratu Anum Kamaruddin untuk membeli timah monopoli, dimana menurut laporan Van Haak perjanjian antara pemerintah Belanda dan Sultan Palembang berisi :
·       Sultan hanya menjual timahnya kepada kompeni
·       Kompeni dapat membeli timah sejumlah yang diperlukan.
Sebagai akibat perjanjian inilah kemudian banyak timah hasil pulau Bangka dijual dengan cara diselundupkan.
Selanjutnya tahun 1803 pemerintah Belanda mengirimkan misi lagi yang dipimpin oleh V.D. Bogarts dan Kapten Lombart, yang bermaksud mengadakan penyelidikan dengan seksama tentang timah di Bangka.
Perjanjian Tuntang pada tanggal 18 September 1811 telah membawa nasib lain bagi pulau Bangka. Pada tanggal itu ditandatanganilah akta penyerahan dari pihak Belanda kepada pihak Inggris, dimana pulau Jawa dan daerah-daerah takluknya, Timor, Makasar, dan Palembang berikut daerah-daerah taklluknya menjadi jajahan Inggris.
Raffles mengirimkan utusannya ke Palembang untuk mengambil alih Loji Belanda di Sungai Aur, tetapi mereka ditolak oleh Sultan Mahmud Badaruddin II, karena kekuasaan Belanda di Palembang sebelum kapitulasi Tuntang sudah tidak ada lagi. Raffless merasa tidak senang dengan penolakan Sultan dan tetap menuntut agar Loji Sungai Aur diserahkan, juga menuntut agar Sultan menyerahkan tambang-tambang timah di pulau Bangka dan Belitung.
Pada tanggal 20 Maret 1812 Raffles mengirimkan Ekspedisi ke Palembang yang dipimpin oleh Jendral Mayor Roobert Rollo Gillespie. Namun Gillespie gagal bertemu dengan Sultan lalu Inggris mulai melaksanakan politik "Devide et Impera"nya. Gillespie mengangkat Pangeran Adipati sebagai Sultan Palembang denga gelar Sultan Ahmad Najamuddin II (tahun 1812).
Sebagai pengakuan Inggris terhadap Sultan Ahmad Najamuddin II dibuatlah perjanjian tersendiri agar pulau Bangka dan Belitung diserahkan kepada Inggris. Dalam perjalanan pulang ke Betawi lewat Mentok oleh Gillespie, kedua pulau itu diresmikan menjadi jajahan Inggris dengan diberi nama "Duke of Island" (20 Mei 1812).

04.52 ; Awal Sebuah Rasa


Dia..
Tak tergapai seperti senja kemerahan, menyejukkan dan membawa kegelapan..
Nyaman.. tapi hampa bagai hujan tak berpelangi..
Hening.. Isak tangis merelakan segenap hati terhimpit duka..
Lalu dengan apa aku suarakan??
Mawar merah hitam pekat saksi nya...
   Buku harian itu memang berguna.  Setidaknya ia mampu menolong Ann meluapkan segala kekesalannya.  Setangkai mawar merah tepat di sebelah berdekatan dengan rangkaian tulisan yang barusan ditulis.  Itu pemberian Muda di jumat malam lalu, khusus untuk dirinya.
“Berapaan mawar nya , mas?”
“Oh, ya.. Lima ribu, mas. Ini mawarnya.” Penjual mawar memberikan dagangan nya dengan segera.
  Lampu merah, perempatan Toko Buku Diagraha, batik kebanggaan, dan setangkai mawar merah pun ikut tersenyum menyaksikan ulah kedua nya.  Entah apa yang ada dipikiran Muda, juga Ann saat itu.  Mungkin saja Ann berkata itu norak.  Tapi Muda mengacuhkannya, Ann pun tak menampik dalam hatinya bernuansa sama dengan sang mawar, indah!
  Hey, Ann! Tidakkah kau sadar dengan siapa engkau bicara?  Seenaknya berkata bodoh untuk lelaki nyaris sempurna seperti Muda! Ann tidak bergeming, bukan harta, derajat, pangkat yang ia nilai.  Kebodohan Muda mendekati seorang Annie Perempuan bermasa depan suram, itu yang sangat disayangkan.  Pintar-pintar tapi bodoh, punya otak kok ditaruh di dengkul! Itu sudah... Cuma itu yang bisa terucap.  Untuk mengangkat topi, angkat kacamata dan helm pun sudah pernah dilakukan.  Bagi Ann tetap saja, Muda goblok!
“Ini soal rasa, bung!”
“Iya rasa basi, rasa pahit, apek kayak ketiak mu!” seorang teman berujar kepada Muda.  Mungkin dia juga sudah bosan menasehati atau barangkali memang sengaja membiarkan sahabat nya mencari jati diri.
  Mata yang begitu damai, pelukan penuh ketenangan, genggaman erat seolah tak mungkin terpisah.. semua ibarat benang emas yang siap ditenun menjadi sebuah kain songket nan elok.  Sayang itu pasti.  Ragu itu segalanya.  Sayang karena tenunan yang dibuat itu sulit, ragu akan ada dimana nantinya kain itu dimiliki?  Jatuh di kepemilikan Nona Mary kah? Ratna si gadis desa yang cantik, Ayu yang sifatnya mirip ‘Dewi Sri’ atau bahkan jatuh ke tangan wanita tunacinta seperti Ann!?!
  Alaaah, Ngomong nya kok ngalor ngidul, kembali ke persoalan awal.  Ann butuh Muda!  Mawar bilang Muda itu tidak sedang bercanda.  Meski Muda bukan Abi, tapi Muda cerewet seperti Abi.  Pembimbing sejati, baik hati, manja sekali.  Mawar pun tak lupa berbisik pada buku harian, supaya paksa Ann segera tuliskan apa yang dirasakan pada Muda.  Memang kaku, Ann miskin kosakata.  Mungkin karena kebanyakan makan kebab beef burger campur sayur lodeh petai di warung Uni bikin Ann jadi bisu. Hmm.. tapi kemungkinan itu sedikit luntur kebenaran nya.  Nyata nya Ann hilang gairah hidup karena Abi.  Cuma Tanah merah yang ditinggalkan 6 bulan lalu sebagai jejak akhir kecintaannya pada dunia, keluarga, teman-teman dan juga kekasihnya yaitu Ann.
  Ann seperti ingin menutup mata, telinga, dan hati nya tentang Muda.  Nona Mary memang sudah kepunyaan Tuan Muda, begitu juga sebaliknya.  Inilah titik kebodohan terbesar Ann begitu menyadari situasi sesungguhnya.  Tuhan! Inikah karma yang telah Engkau tujukan atas kekhilafan dahulu ketika bersama Abi? Kenyataan yang terjadi bahwa Ann kini seperti diguncang ombak tsunami.

PisauNya kado milikku, atas air mata mataram sebelah nya gadjah
Jika tak hening jua segala perkara
Jauhi tajamnya,
Sulap saja spion kaca serupa kemerlap bintang
UntukNya tirakat tertatih lirih
Hadir penghuni sunyi, ujar keluar manis sudah gelap kini
Bumi manusia tenggelamkan ambisi
Iris semua naluri, pengabdian nyaris terkikis
Untuknya kejora fajar
Semoga selamanya pagi terjelang.
Dan kejora tak berlalu dari fajar
Angin setia menemani meski ia tak nyata
Selalu bisikkan yang terbaik kepada ombak
Kejora ada hanya untuk fajar, ombak itu jodohnya pantai..
Yang tertiup hanyalah penghubung nya...
Apalagi lorong semut
Gak ada kaitan nya.....

Penggalan puisi dirangkai Ann untuk Muda.  Tiga gelas kopi mewakili perasaan Ann.  Satu jam bersama kepulan asap tembakau temani kesedihan nya. Sesak!
                                        Tunaikanlah janji, abaikanlah diri ini..
                                  Coba jernihkan hati, kembalilah untuk Mary..
Baru kali ini Ann merasa lucu mengetahui ada manusia mengaku jahat.  Sehabis dia tega-tegaan, malah mengakui kejahatannya.  Rumpiiiiik!  Pasti itu basa-basi, selalu begitu dan sudah tak mengherankan.
“Masihkah boleh berharap bersama mu?, Aku sayang kamu, Ajari aku gimana cara mencintai mu!,  Mesti gimana meyakinkan kalau semua ini bukanlah permainan? Masih kurang kah porsi sayang ku? Kasih tau dong bagaimana cara menyayangi mu,, ? Please...”
  Aww!! Risih pikiran Ann jadinya.  Sesungguhnya Ann membenci hal-hal yang berlebihan seperti itu.  Gombal lebay nya itu kayak gembel, norak !  Ann anggap begitu karena merasa tak pantas semua ucapan yang demikian ditujukan untuk dirinya.  Masih ada Nona Mary!
  Malah terasa meriang tubuh Ann kalau ingat mesej nya Nona Mary dan Tuan Muda di masa-masa istimewa mereka.  Kacau!  Hidup Ann benar-benar kacau setelah pertemuan nya dengan Tuan Muda.  Kalau slalu diingat kisah tragis nya, Ann bisa gila.  Paling tidak ia merasa seperti zombie yang hidup tapi tak berguna dan jelas tak ada harapan di masa depan.  Namun kalau dilihat lebih teliti lagi, hadir nya Muda memberi warna baru di kehidupan Ann.  Warna-warni seperti bunglon saat mimikri.  Amazing gitu deh kalau kata bule-bule!
“Jangan pernah percaya sama politisi. Bernafas saja politisi itu berbohong!”
  Selalu saja berkata demikian, sejak malam jumat itu sampai detik ini pun selalu begitu.  Bagaimana Ann bisa merasa yakin dengan semua perkataan Muda?  Itu sama saja seperti sedang menantang dirinya untuk tidak usah mempercayai lelaki yang sudah mempunyai tunangan itu.  Sama seperti kejadian di malam itu, yang dengan gampang nya Muda mempersilahkan Ann untuk membenci nya.  Enak sekali bilang begitu, ngomong gak pake mikir, kayak kentut aja tinggal nyeplos!
  Bisa jadi Tuhan mempertemukan jodoh untuk Ann lewat jalan yang rumit seperti ini.  Tuan Muda putus dengan nona Mary,, Nona Mary kembali pada mantan pacarnya dan Tuan Muda menjadi milik Ann selamanya. (sambil garuk-garuk kepala) Apa ada peluang dan kemungkinan kah?  Entah lah... terkadang meskipun sudah bersusah payah menganalisa ciri keseriusan seorang lelaki itu tetap saja sulit.  Lebih keseringan meleset tebakan nya alias berujung kecewa lantaran tertipu dan tersakiti.  Meskipun dia telah menunjukkan itikad baik, kalau sudah dalam situasi terjepit terpaksa menyakiti ya tetap saja diteruskan aktivitas “Menyakiti” nya.  Walaupun dalam hati kecil nya berkata “gak tega”, tapi kalau sudah Kun Fayakun tetap saja terjadi!!! 
  Jadi ada benarnya juga kata-kata “Jangan pernah percaya sama politisi! Maklum lah itu kan cuma orasi untuk mempengaruhi orang lain.  Kalau gak pake orasi, trus kepentingan nya mau dibawa kemana?”.    O owh.. Ann bergumam sendiri di depan kaca.  Sekalian berkaca membandingan wajah nya dengan wajah mulus Nona Mary.  Hahaha... kerjaan gak penting sekaliiii...
  “logika cinta dengan logika politik berbeda dong, meski strategi nya sama.  Kamu jangan berlebihan ngerespon nya!” Muda interupsi.  Ann tertawa menanggapinya.  Sebuah kalimat tajam prinsip hidup Muda nyaris negatif intepretasi nya di otak Ann.  Meski ia tahu ada benar nya juga kata-kata  Loving woman, make politic.  Tapi ada beberapa hal yang masih rancu diterima oleh wanita pengamat seperti Ann.  Ia harus menjelaskan nya.  Kapan itu?  Mungkin lusa, besok, atau bahkan sejam lagi.
 

........................ To be continued .......................