"Masa muda adalah masa
yang penuh semangat untuk berbuat, masa muda sarat dengan daya imajinasi, daya
kreasi dan usaha pantang menyerah. Akan tetapi dalam seni semangat saja
belumlah cukup. Kemampuan tehnik, kepekaan rasa, pengetahuan, kecerdasan serta
pengalaman ikut menentukan.
Hendaknya semangat
muda itu di sadari dan di bina, karena semangat yang menggebu itu jikalau tidak
disalurkan akan mudah putus dan susah untuk bangkit kembali, padahal para muda
itu menjadi tumpuan masa depan yang bahasa slogannya adalah generasi penerus.
Namun tak berarti juga semua yang diterima dari yang tua harus diteruskan atau
sebaliknya semua yang lama harus diganti. Sebab dalam kehidupan selalu terdiri
dari tiga generasi; yang sudah senja, yang sedang berkuasa dan yang akan
menggantikan. Alangkah bijaknya jika nilai lama yang masih relevan diteruskan.
Tapi sepantasnya pula generasi muda diberi kesempatan untuk menemukan jati diri
dan mengukir prestasi sesuai dengan gelora jiwa masa kini."
Paparan dari paragraf diatas memang benar
adanya. Pernah ketika saya mengalami masa-masa seperti itu, ada beberapa
keganjalan yang menekan kemajuan kegiatan berkesenian yang sedang saya dan
teman-teman geluti. Cukup menorehkan sedikit rasa kecewa dan menumbuhkan
keraguan untuk kembali bersemangat menjalankan nya. Ketika mengetahui
jawatan terkait tak mendukung terobosan-terobosan yang kami lakukan, dengan
menyebarkan isu-isu politik untuk menjatuhkan, maka yang bisa saya lakukan saat
itu hanyalah menguatkan rasa semangat teman-teman atas keputus asaan yang kian tercipta.
Tidak pernah menyangka bahwasanya seni yang kami
tawarkan (dalam hal ini ialah seni tari) secara tidak langsung hanya dijadikan
sebuah trik alih kuasa, alih kiblat, dan alih dana segar. Mengapa dikatakan demikian? Jawabnya sangat gampang, karena kami masih
bodoh. Dimana kesempatan berdikari itu
bisa kami dapatkan? kalau pun di dapat, resiko terbesar adalah kami harus sadar
dan siap dikatakan sebagai kelinci percobaan.
Menggaris bawahi kalimat diatas yang berbunyi, Sebab dalam kehidupan selalu terdiri dari
tiga generasi; yang sudah senja, yang sedang berkuasa dan yang akan
menggantikan. Alangkah bijaknya jika nilai lama yang masih relevan diteruskan. Sejujurnya tak pernah sedikitpun saya memiliki
niatan untuk merusak yang namanya tradisi warisan. Hanya mencoba untuk menjadi lebih kreatif
menanggapi masalah sosio-kultural lalu menuangkan nya ke dalam bentuk
tari. Esensi yang dipakai sebagai nafas pedoman
bagi karya yang diciptakan tetap saja berasal dari tradisi. Mungkin hanya bentuk pengemasan nya saja yang
tidak biasa sehingga dipandang “beda”
dan aneh dalam lingkup tempat kami hidup.
Dengan selalu tampil beda itulah tujuan kami sebenar nya agar ada
kesempatan regenerasi tari baru hadir dalam lingkup kehidupan kami. Ironis nya,
tidak mudah bagi mereka yang sudah senja, yang sedang berkuasa, menerima bahwa
yang menggantikan kini telah ada. Inilah
sebuah PR yang harus kami kerjakan entah sampai kapan bisa terselesaikan.
Seorang seniman besar pernah berkata kepada saya
; “Ketika kesenian itu dirusak, positif nya adalah pengetahuan tentang tradisi asli
suatu daerah akan semakin dicari dan terus digali oleh banyak orang. Jadi jangan
pernah takut ‘merusak’, karena itu pun sudah pasti ada etika dan pertanggungjawaban
nya. Yakin bahwa semua kesabaran dan
keuletan itu bisa menghasilkan karya yang luar biasa berbeda.”
Sangat menarik!
Masalah ini selalu menjadi kajian bagi saya sebagai
seorang koreografer, pemerhati seni dan penulis selama kurang lebih 5 tahun
belakangan ini. Saya memang tidak berbakat
untuk banyak bicara, akan tetapi saya lebih sering berusaha memaparkan nya
lewat tulisan-tulisan agar pembaca dapat menikmati sendiri bagaimana susah
senang nya bergelut di layar seni pertunjukan terutama tari. Membawa perubahan ke daerah tempat kita
berasal memang gampang-gampang susah. Semua
butuh waktu. Walau terasa kecil yang
dilakukan, mungkin saja bisa jadi sangat besar pengaruh nya dikemudian hari.
Ada beberapa tulisan yang nanti nya akan hadir
mengisi di pikiran-pikiran anda, semoga saja dapat menggelitik untuk meng_kritisi
pemikiran saya.
Terima Kasih.
(Ica_Furry)