Apa yang Anda pikirkan tentang blog ini?

Kamis, 20 Oktober 2011

Asal Mula Bangka


Sejarah mengungkapkan bahwa Pulau Bangka pernah dihuni oleh orang-orang Hindu dalam abad ke-7. pada masa Kerajaan Sriwijaya pula Bangka termasuk pula sebagai daerah yang takluk dari kerajaan yang besar itu. Demikian pula kerajaan Majapahit dan Mataram tercatat pula sebagai kerajaan-kerajaan yang pernah menguasai Pulau Bangka.
Namun pada masa itu pulau Bangka baru sedikit mendapat perhatian, meskipun letaknya yang strategis ditengah-tengah alur lalu lintas setelah orang-orang daratan Asia maupun Eropa berlomba-lomba ke Indonesia dengan ditemukannya rempah-rempah. Kurangnya perhatian dari para bajak laut yang menimbulkan penderitaan bagi penduduknya.
Untuk mengatasi kekacauan yang terjadi, Sultan Johor dengan sekutunya Sutan dan Raja Alam Harimau Garang. Setelah melakukan tugasnya dengan baik, juga mengembangkan Agama Islam ditempat kedudukannya masing-masing Kotawaringin dan Bangkakota. Namun sayangnya hal ini tidak berlangsung lama, kemudian kembali pulau Bangka menjadi sarang kaum bajak laut.
Karena merasa turut dirugikan dengan dirampasnya kapal-kapalmya maka Sultan Banten mengirimkan Bupati Nusantara untuk membasmi bajak-bajak laut tersebut, kemudian Bupati Nusantara untuk beberapa lama memerintah Bangka dengan gelar Raja Muda. Diceritakan pula bahwa Panglima Banten, Ratu Bagus yang terpaksa mundur dari pertikaiannya dengan Sultan Palembang, menuju ke Bangka Kota dan wafat disana.
Setelah Bupati Nusantara wafat, kekuasaan jatuh ketangan putri tunggalnya dan karena putrinya ini dikawinkan dengan Sultan Palembang, Abdurrachman (1659-1707), dengan sendirinya pulau Bangka menjadi bagian dari Kesultanan Palembang.
Pada tahun 1707 Sultan Abdurrachman wafat, dan ia digantikan oleh putranya Ratu Muhammad Mansyur (1707-1715).
Namun Ratu Anum Kamaruddin adik kandung Ratu Muhammad Mansyur kemudian mengangkat dirinya sebagai Sultan Palembang, menggantikan abangnya (1715-1724), walaupun abangnya telah berpesan sebelum wafat, supaya putranya Mahmud Badaruddin menyingkir ke Johor dan Siantan, sekalipun secara formal sudah diangkat juga rakyat menjadi Sultan Palembang.
Tetapi pada tahun 1724 Mahmud Badaruddin dengan bantuan Angkatan Perang Sultan Johor merebut kembali Palembang dari pamannya.
Kekuasaan atas pulau Bangka selanjutnya diserahkan oleh Mahmud Badaruddin kepada Wan Akup, yang sejak beberapa waktu telah pindah dari Siantan ke Bangka bersama dua orang adiknya Wan Abduljabar dan Wan Serin.
Kemudian atas dasar Konversi London tanggal 13 Agustus 1814, Belanda menerima kembali dari Inggris daerah-daerah yang pernah didudukinya ditahun 1803 termasuk beberapa daerah Kesultanan Palembang. Serah terima dilakukan antara M.H. Court (Inggris) dengan K. Heynes (Belanda) di Mentok pada tanggal 10 Desember 1816.
Kecurangan-kecurangan, pemerasan-pemerasan, pengurasan dan pengangkutan hasil Timah yang tidak menentu, yang dilakukan oleh VOC dan Ingris (EIC) akhirnya sampailah pada situasi hilangnya kesabaran rakyat. Apalagi setelah kembali kepada Belanda. Yang mulai menggali timah secara besar-besaran dan ang sama sekali tidak memikirkan nasib pribumi. Perang gerilya yang dilakukan di Musi Rawas untuk melawan Belanda, juga telah membangkitkan semangat perlawanan rakyat di Pulau Bangka dan Belitung.
Maka pecahlah pemberontakan-pemberontakan, selama bertahun-tahun rakyat Bangka mengadakan perlawanan, berjuang mati-matian utnuk mengusir Belanda dari daerahnya, dibawah pimpinan Depati Merawang, Depati Amir, Depati Bahrin, dan Tikal serta lainnya.
Kemudian istri Mahmud Badaruddin yang karena tidak serasi berdiam di Palembang diperkenankan suaminya menetap di Bangka dimana disebutkan bahwa istri Sultan Mahmud ini adalah anak dari Wan Abduljabar. Sejarah menyebutkan bahwa Wan Abduljabar adalah putra kedua dari abdulhayat seorang kepercayaan Sultan Johor untuk pemerintahan di Siantan, Abdulhayat ini semula adalah seorang pejabat tinggi kerajaan Cina bernama Lim Tau Kian, yang karena berselisih paham lalu melarikan diri ke Johor dan mendapat perlindungan dari Sultan. Ia kemudian masuk agama Islam dengan sebutan Abdulhayat, karena keahliannya diangkat oleh Sultan Johor menjadi kepala Negeri di Siantan.
Sekitar tahun 1709 diketemukan timah, yang mula-mula digali di Sungai Olin di Kecamatan Toboali oleh orang-orang johor atas pengalaman mereka di semenanjung Malaka. Dengan diketemukannya timah ini, mulailah pulau Bangka disinggahi oleh segala macam perahu dari Asia maupun Eropa. Perusahaan-perusahaan penggalian timah pun semakin maju, sehingga Sultan Palembang mengirimkan orang-orangnya ke Semenanjung Negeri Cina untuk mencari tenaga-tenaga ahli yang kian terasa sangat diperlukan.
Pada tahun 1717 mulai diadakan perhubungan dagang dengan VOC untuk penjualan timah. Dengan bantuan kompeni ini, Sultan Palembang berusa membasmi bajak-bajak laut dan penyelundupan-penyelundupan timah. Pada tahun 1755 pemerintah Belanda mengirimkan misi dagangnya ke Palembang yang dipimpin oleh Van Haak, yang bermaksud untuk meninjau hasil timaha dan lada di Bangka. Pada sekitar tahun 1722 VOC mengadakan perjanjian yang mengikat dengan Sultan Ratu Anum Kamaruddin untuk membeli timah monopoli, dimana menurut laporan Van Haak perjanjian antara pemerintah Belanda dan Sultan Palembang berisi :
·       Sultan hanya menjual timahnya kepada kompeni
·       Kompeni dapat membeli timah sejumlah yang diperlukan.
Sebagai akibat perjanjian inilah kemudian banyak timah hasil pulau Bangka dijual dengan cara diselundupkan.
Selanjutnya tahun 1803 pemerintah Belanda mengirimkan misi lagi yang dipimpin oleh V.D. Bogarts dan Kapten Lombart, yang bermaksud mengadakan penyelidikan dengan seksama tentang timah di Bangka.
Perjanjian Tuntang pada tanggal 18 September 1811 telah membawa nasib lain bagi pulau Bangka. Pada tanggal itu ditandatanganilah akta penyerahan dari pihak Belanda kepada pihak Inggris, dimana pulau Jawa dan daerah-daerah takluknya, Timor, Makasar, dan Palembang berikut daerah-daerah taklluknya menjadi jajahan Inggris.
Raffles mengirimkan utusannya ke Palembang untuk mengambil alih Loji Belanda di Sungai Aur, tetapi mereka ditolak oleh Sultan Mahmud Badaruddin II, karena kekuasaan Belanda di Palembang sebelum kapitulasi Tuntang sudah tidak ada lagi. Raffless merasa tidak senang dengan penolakan Sultan dan tetap menuntut agar Loji Sungai Aur diserahkan, juga menuntut agar Sultan menyerahkan tambang-tambang timah di pulau Bangka dan Belitung.
Pada tanggal 20 Maret 1812 Raffles mengirimkan Ekspedisi ke Palembang yang dipimpin oleh Jendral Mayor Roobert Rollo Gillespie. Namun Gillespie gagal bertemu dengan Sultan lalu Inggris mulai melaksanakan politik "Devide et Impera"nya. Gillespie mengangkat Pangeran Adipati sebagai Sultan Palembang denga gelar Sultan Ahmad Najamuddin II (tahun 1812).
Sebagai pengakuan Inggris terhadap Sultan Ahmad Najamuddin II dibuatlah perjanjian tersendiri agar pulau Bangka dan Belitung diserahkan kepada Inggris. Dalam perjalanan pulang ke Betawi lewat Mentok oleh Gillespie, kedua pulau itu diresmikan menjadi jajahan Inggris dengan diberi nama "Duke of Island" (20 Mei 1812).

04.52 ; Awal Sebuah Rasa


Dia..
Tak tergapai seperti senja kemerahan, menyejukkan dan membawa kegelapan..
Nyaman.. tapi hampa bagai hujan tak berpelangi..
Hening.. Isak tangis merelakan segenap hati terhimpit duka..
Lalu dengan apa aku suarakan??
Mawar merah hitam pekat saksi nya...
   Buku harian itu memang berguna.  Setidaknya ia mampu menolong Ann meluapkan segala kekesalannya.  Setangkai mawar merah tepat di sebelah berdekatan dengan rangkaian tulisan yang barusan ditulis.  Itu pemberian Muda di jumat malam lalu, khusus untuk dirinya.
“Berapaan mawar nya , mas?”
“Oh, ya.. Lima ribu, mas. Ini mawarnya.” Penjual mawar memberikan dagangan nya dengan segera.
  Lampu merah, perempatan Toko Buku Diagraha, batik kebanggaan, dan setangkai mawar merah pun ikut tersenyum menyaksikan ulah kedua nya.  Entah apa yang ada dipikiran Muda, juga Ann saat itu.  Mungkin saja Ann berkata itu norak.  Tapi Muda mengacuhkannya, Ann pun tak menampik dalam hatinya bernuansa sama dengan sang mawar, indah!
  Hey, Ann! Tidakkah kau sadar dengan siapa engkau bicara?  Seenaknya berkata bodoh untuk lelaki nyaris sempurna seperti Muda! Ann tidak bergeming, bukan harta, derajat, pangkat yang ia nilai.  Kebodohan Muda mendekati seorang Annie Perempuan bermasa depan suram, itu yang sangat disayangkan.  Pintar-pintar tapi bodoh, punya otak kok ditaruh di dengkul! Itu sudah... Cuma itu yang bisa terucap.  Untuk mengangkat topi, angkat kacamata dan helm pun sudah pernah dilakukan.  Bagi Ann tetap saja, Muda goblok!
“Ini soal rasa, bung!”
“Iya rasa basi, rasa pahit, apek kayak ketiak mu!” seorang teman berujar kepada Muda.  Mungkin dia juga sudah bosan menasehati atau barangkali memang sengaja membiarkan sahabat nya mencari jati diri.
  Mata yang begitu damai, pelukan penuh ketenangan, genggaman erat seolah tak mungkin terpisah.. semua ibarat benang emas yang siap ditenun menjadi sebuah kain songket nan elok.  Sayang itu pasti.  Ragu itu segalanya.  Sayang karena tenunan yang dibuat itu sulit, ragu akan ada dimana nantinya kain itu dimiliki?  Jatuh di kepemilikan Nona Mary kah? Ratna si gadis desa yang cantik, Ayu yang sifatnya mirip ‘Dewi Sri’ atau bahkan jatuh ke tangan wanita tunacinta seperti Ann!?!
  Alaaah, Ngomong nya kok ngalor ngidul, kembali ke persoalan awal.  Ann butuh Muda!  Mawar bilang Muda itu tidak sedang bercanda.  Meski Muda bukan Abi, tapi Muda cerewet seperti Abi.  Pembimbing sejati, baik hati, manja sekali.  Mawar pun tak lupa berbisik pada buku harian, supaya paksa Ann segera tuliskan apa yang dirasakan pada Muda.  Memang kaku, Ann miskin kosakata.  Mungkin karena kebanyakan makan kebab beef burger campur sayur lodeh petai di warung Uni bikin Ann jadi bisu. Hmm.. tapi kemungkinan itu sedikit luntur kebenaran nya.  Nyata nya Ann hilang gairah hidup karena Abi.  Cuma Tanah merah yang ditinggalkan 6 bulan lalu sebagai jejak akhir kecintaannya pada dunia, keluarga, teman-teman dan juga kekasihnya yaitu Ann.
  Ann seperti ingin menutup mata, telinga, dan hati nya tentang Muda.  Nona Mary memang sudah kepunyaan Tuan Muda, begitu juga sebaliknya.  Inilah titik kebodohan terbesar Ann begitu menyadari situasi sesungguhnya.  Tuhan! Inikah karma yang telah Engkau tujukan atas kekhilafan dahulu ketika bersama Abi? Kenyataan yang terjadi bahwa Ann kini seperti diguncang ombak tsunami.

PisauNya kado milikku, atas air mata mataram sebelah nya gadjah
Jika tak hening jua segala perkara
Jauhi tajamnya,
Sulap saja spion kaca serupa kemerlap bintang
UntukNya tirakat tertatih lirih
Hadir penghuni sunyi, ujar keluar manis sudah gelap kini
Bumi manusia tenggelamkan ambisi
Iris semua naluri, pengabdian nyaris terkikis
Untuknya kejora fajar
Semoga selamanya pagi terjelang.
Dan kejora tak berlalu dari fajar
Angin setia menemani meski ia tak nyata
Selalu bisikkan yang terbaik kepada ombak
Kejora ada hanya untuk fajar, ombak itu jodohnya pantai..
Yang tertiup hanyalah penghubung nya...
Apalagi lorong semut
Gak ada kaitan nya.....

Penggalan puisi dirangkai Ann untuk Muda.  Tiga gelas kopi mewakili perasaan Ann.  Satu jam bersama kepulan asap tembakau temani kesedihan nya. Sesak!
                                        Tunaikanlah janji, abaikanlah diri ini..
                                  Coba jernihkan hati, kembalilah untuk Mary..
Baru kali ini Ann merasa lucu mengetahui ada manusia mengaku jahat.  Sehabis dia tega-tegaan, malah mengakui kejahatannya.  Rumpiiiiik!  Pasti itu basa-basi, selalu begitu dan sudah tak mengherankan.
“Masihkah boleh berharap bersama mu?, Aku sayang kamu, Ajari aku gimana cara mencintai mu!,  Mesti gimana meyakinkan kalau semua ini bukanlah permainan? Masih kurang kah porsi sayang ku? Kasih tau dong bagaimana cara menyayangi mu,, ? Please...”
  Aww!! Risih pikiran Ann jadinya.  Sesungguhnya Ann membenci hal-hal yang berlebihan seperti itu.  Gombal lebay nya itu kayak gembel, norak !  Ann anggap begitu karena merasa tak pantas semua ucapan yang demikian ditujukan untuk dirinya.  Masih ada Nona Mary!
  Malah terasa meriang tubuh Ann kalau ingat mesej nya Nona Mary dan Tuan Muda di masa-masa istimewa mereka.  Kacau!  Hidup Ann benar-benar kacau setelah pertemuan nya dengan Tuan Muda.  Kalau slalu diingat kisah tragis nya, Ann bisa gila.  Paling tidak ia merasa seperti zombie yang hidup tapi tak berguna dan jelas tak ada harapan di masa depan.  Namun kalau dilihat lebih teliti lagi, hadir nya Muda memberi warna baru di kehidupan Ann.  Warna-warni seperti bunglon saat mimikri.  Amazing gitu deh kalau kata bule-bule!
“Jangan pernah percaya sama politisi. Bernafas saja politisi itu berbohong!”
  Selalu saja berkata demikian, sejak malam jumat itu sampai detik ini pun selalu begitu.  Bagaimana Ann bisa merasa yakin dengan semua perkataan Muda?  Itu sama saja seperti sedang menantang dirinya untuk tidak usah mempercayai lelaki yang sudah mempunyai tunangan itu.  Sama seperti kejadian di malam itu, yang dengan gampang nya Muda mempersilahkan Ann untuk membenci nya.  Enak sekali bilang begitu, ngomong gak pake mikir, kayak kentut aja tinggal nyeplos!
  Bisa jadi Tuhan mempertemukan jodoh untuk Ann lewat jalan yang rumit seperti ini.  Tuan Muda putus dengan nona Mary,, Nona Mary kembali pada mantan pacarnya dan Tuan Muda menjadi milik Ann selamanya. (sambil garuk-garuk kepala) Apa ada peluang dan kemungkinan kah?  Entah lah... terkadang meskipun sudah bersusah payah menganalisa ciri keseriusan seorang lelaki itu tetap saja sulit.  Lebih keseringan meleset tebakan nya alias berujung kecewa lantaran tertipu dan tersakiti.  Meskipun dia telah menunjukkan itikad baik, kalau sudah dalam situasi terjepit terpaksa menyakiti ya tetap saja diteruskan aktivitas “Menyakiti” nya.  Walaupun dalam hati kecil nya berkata “gak tega”, tapi kalau sudah Kun Fayakun tetap saja terjadi!!! 
  Jadi ada benarnya juga kata-kata “Jangan pernah percaya sama politisi! Maklum lah itu kan cuma orasi untuk mempengaruhi orang lain.  Kalau gak pake orasi, trus kepentingan nya mau dibawa kemana?”.    O owh.. Ann bergumam sendiri di depan kaca.  Sekalian berkaca membandingan wajah nya dengan wajah mulus Nona Mary.  Hahaha... kerjaan gak penting sekaliiii...
  “logika cinta dengan logika politik berbeda dong, meski strategi nya sama.  Kamu jangan berlebihan ngerespon nya!” Muda interupsi.  Ann tertawa menanggapinya.  Sebuah kalimat tajam prinsip hidup Muda nyaris negatif intepretasi nya di otak Ann.  Meski ia tahu ada benar nya juga kata-kata  Loving woman, make politic.  Tapi ada beberapa hal yang masih rancu diterima oleh wanita pengamat seperti Ann.  Ia harus menjelaskan nya.  Kapan itu?  Mungkin lusa, besok, atau bahkan sejam lagi.
 

........................ To be continued .......................